Saturday, May 12, 2018

Mengenal Hosplin Porselin (Homogenius Tile)



Sebagaimana kita pahami bersama bahwa HOSPLIN (Hospital Plint) memiliki fungsi utama sebagai penutup bagian sudut pertemuan antara lantai dan dinding, dengan bentuk lengkung dan berbahan material yang mudah dibersihkan maka akan memberi nilai tambah yakni meningkatkan higenisitas (tingkat kebersihan) ruang.
Maka pertanyaannya selanjutnya adalah, kelengkungan seperti apa & material apa yg mudah untuk dibersihkan?
A. KARAKTERISTIK FISIK
HOSPLIN Porselin yang kami miliki beradius lengkung 4cm; jauh lebih besar dari hospital plin kompetior kami yang hanya 2 s/d 3 cm. Radius 4cm dengan kelengkungan landai memberikan kemudahan bagi tenaga pelayan pembersih (Cleaning Service) untuk melaksanakan tugasnya.
B. DAYA SERAP AIR
HOSPLIN Porselin terbuat dari material Porselin atau disebut Homogenius Tile; berbahan dasar tanah liat komposit (Composite Clay antara lain clay, spelpar, silica, dll) yang melalui proses pembakaran sempurna di tingkat suhu minimum 1200 derajat Celcius, berlapis glassur Grade A sehingga menjamin pori-pori permukaan material menjadi berukuran mikron. Poripori yang mengecil tersebut memberikan karakteristik relatif kedap air (WA +/- 0.5%). WA = Water Absorption.

Ingat: karakteristik  kedap air sangat penting dimiliki oleh material HOSPLIN agar HOSPLIN bisa menjalan fungsinya yakni tidak mudah menyerap noda di Rumah Sakit / Dapur anda, sehingga tujuan utama meningkatkan higenisitas bisa dapat dicapai maksimal.
C. KUAT TEKAN
Selain kelebihan dari kekedapan airnya tersebut, bahan porselin memiliki Kuat Tekan (Bending Strength) +/- 400 kg/cm2 sehingga tidak mudah rusak atau berubah bentuk.
Sebagaimana yang kita ketahui, dinamika pergerakan peralatan Rumah Sakit seperti tempat tidur sorong, Tiang Infus, , dst dst rentan bersentuhan/bertabrakan dengan plin sehingga kuat tekan (Bending Strength) atau sering disebut Modulus of Repture bahan harus kuat.
Bending Strenth Hosplin Porselin (Homogenius Tile) kami adalah 3 x lebih kuat dibading hospital plin berbahan keramik biasa.


C. SCRATCH RESISTANT
Penggunaan lapisan glassur di permukaan turut membantu ketahanan gores, sehingga Hosplin Porselin kami tidak mudah menjadi terlihat tua / using.
Ketahanan gores Hosplin Porselin (Homogenius Tile) mencapai 6,5 skala Mohs.
KESIMPULAN
HOSPLIN Porselin (Homogenius Tile) kami dengan radius kelengkungan 4cm dan berbahan porselin (Homogenius Tile) dengan berlapis glassur adalah solusi terbaik untuk kebutuhan plin rumah sakit ataupun dapur  restoran / cafe anda.

CARA PEMASANGAN HOSPLIN AAE (Aluminium Alloy Extrussion)

Untuk membantu anda mengaplikasikan produk kami dengan baik, berikut ulasan untuk pemasangan hosplin AAE :


A. PEKERJAAN PERSIAPAN BIDANG KERJA
1. Pastikan lantai tile sudah terpasang dengan baik dan sudah kering/merekat dengan baik dengan platform/ bidang dasarnya.
2. Pastikan dinding sudah diplester dan diaci dengan merata.
3. Sisakan dinding tanpa acian 11cm di atas permukaan lantai. (* tinggi hosplin AAE adalah 12cm).



B.PEKERJAAN PERSIAPAN PERALATAN & BAHAN
1. Bersihkan ujung - ujung Hosplin AAE dari sisa potongan .
2. Siapkan mesin gerinda potong dengan spesifikasi circular saw berdiameter 10".
3. Siapkan meja / lantai kerja yang rata untuk dudukan mesin gerinda agar hasil pemotongan tegak lurus.



C. PEKERJAAN PEMASANGAN
1. Potong panjang Hosplin AAE dengan mesin gerinda sesuai kebutuhan panjang.
2. Rekatkan terlebih dahulu aksesoris (Sudut dalam / sudut luar / tutup kiri dan tutup kanan) ke Hosplin AAE dengan memakai lem korea atau sejenisnya.
3. Bersihkan dinding dan lantai dari debu dan kotoran.
4. Tempel isolasi kertas di dinding dan lantai +/- 1cm dari perkiraan ujung hosplin AAE.
5. Berikan lem silicon (SILICON SEALENT) *1  ke ujung sisi Hosplin AAE yang akan bersentuhan dengan dinding dan lantai.
6. Rekatkan Hosplin AAE ke dinding dan lantai.
7. Rapikan Lem silicon yang meluber dengan tangan. (*Disarankan menggunakan sarung tangan).
8. Berikan pemberat *2 di atas Hosplin AAE agar Hosplin tidak bergerak/bergetar lagi.
9. Dibutuhkan 10 menit untuk lem silicon mengeras.
10. 1 x 24 jam , Hosplin AAE akan merekat kuat sempurna.


================
*1 Silicon Sealent direkomendasikan menggunakan Merk Dextone atau setara.
*2 Pemberat yang praktis di lapangan dapat berupa karung berisi pasir atau dus berisi keramik.



D. PERALATAN & MATERIAL
1. Mesin Gerinda potong berdiameter 10".
2. Pistol Pendorong Lem Silikon.
3. Waterpass.
4. Siku.
5. Meteran 5m.
6. Palu karet.
7. Lem Korea atau sejenisnya.
8. Lem Silikon.

(Lem Korea)

                                                              (Mesin Gerinda Potong)

KEUNGGULAN HOSPLIN AAE (Aluminium Alloy Extrussion)



Telah lama dunia konstruksi khususnya bangunan - bangunan rumah sakit (hospital),  Restaurant dan Dapur (Kitchen), Bangunan Farmasi Obat-obatan, ataupun ruang - ruang tertentu yang menuntut higenisitas tingkat tinggi, menuntut sebuah material plint yang presisi , rapi dan cepat dipasang.

Sebagaimana kita ketahui bersama, 15 Tahun terakhir dunia plint Indonesia diwarnai dengan keberadaan hospital plint atau sering disebut juga radius plint bermaterial keramik di hampir bangunan2 rumahsakit berkelas internasional maupun dapur2 restoran cepat saji.
Namun dikarenakan proses pemasangan jenis hospital plint konvensional tersebut lama, kotor, ribut/bising dan tidak presisi satu sama lain sehingga sistem konstruksi pun menuntut material plint inovatif  yg mampu mengedepankan kerapian, keserasian, keakuratan tanpa mengurangi tingkat higenisitas yang menjadi tujuan utama.

Maka di tahun 2015, kami memperkenalkan HOSPLIN Aluminium Alloy Extrussion (AAE) untuk menjawab tuntutan dunia konstruksi tersebut.
 

Adapun kelebihan2 HOSPLIN AAE (Aluminium Alloy Extrussion) dibanding HOSPLIN Konvensional (Keramik / Porselin) adalah:
1. Lebih Rapi.
a) Tingkat presisi yang lebih baik + ukuran panjang bisa mencapai 6 m' tentunya menjamin HOSPLIN  AAE  akan tampil lebih rapi, akurat dibanding konvensional keramik.
b) Pemasangan kering, tanpa membutuhkan semen. 
c) Konsistensi radius lengkung 30mm. (R = 30 mm).
2. Lebih Murah.
* Harga HOSPLIN AAE lebih murah 20% dibanding HOSPLIN konvensional keramik.
3. Lebih Cepat.
*Lebih cepat dipasang, bahkan bisa langsung dipasang ke plint lama/plint lurus dengan syarat ukuran plint lurus lama tersebut lebih kecil atau sama dengan 10cm.
4. Lebih Higenis / Bersih.
a) Pemasangan kering tanpa semen.
Note: Adapun yang perlu diperhatikan adalah bahwa HOSPLIN AAE tidak disarankan untuk daerah basah seperti di toilet.

Keterangan Tambahan:
HOSPLIN AAE menyediaakan beberapa pilihan warna, al:











Add Values (Nilai Tambah):
1. PCKB Konstruksi (PLANZ Gp) menyediakan tenaga pengawas untuk memastikan pemasangan benar sesuai ketentuan.
2. Tersedia aksesoris sudut luar (Outside Corner) dan sudut dalam (Inside Corner).
Gunakan senantiasa aksesoris untuk menjamin kerapihan/keindahan plin terpasang.

Hubungi kami segera untuk konsultasi dan pemesanan. (*.)

TUJUAN PENGGUNAAN HOSPLIN




Tujuan Umum penggunaan HOSPLIN (Hospital Plint) di bangunan / ruang adalah:
Meningkatkan kebersihan.
Titik sudut pertemuan lantai dan dinding adalah bagian yang paling sulit dibersihkan, sehingga dengan membuat sudtu tersebut berbentuk lengkung (Curv) maka tentu saja menjadi mudah untuk dibersihkan.
Tujuan Khusus penggunaan HOSPLIN  dalam suatu fungsi bangunan/ ruang adalah:
Memenuhi standar global persyaratan HACCP (Hazard Analysis and Critical Control Point ) dan Food Safety Certification.
* Rumah Sakit & Restauant / Cafe yang akan memenuhi standar tersebut, diwajibkan mengaplikasikan HOSPLIN.

Dimana peraturan yang mengatur penggunaan Hospital Plint ?



Banyak dari kita  bertanya-tanya, dibalik fungsi dan kegunaan Hospital Plint (Plin Rumah Sakit), apakah ada peraturan di Indonesia yang mengatur penggunaan Hospital Plint di Bangunan Rumah Sakit ?





Dari hasil penelusuran kami, sejak Tahun 2012 di Indonesia telah berlaku Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sakit Ruang Rawat Inap, yang dikeluarkan oleh Direktorat Bina Pelayanan Penunjan Medik dan Sarana Kesehatan - Direktorat Bian Upaya Kesehatan, Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Pada halaman 8 (Delapan)  Pedoman Teknis tersebut , tepatnya di Pasal 3.3 yang mengatur tentang "Lantai", pada Ayat (c)  secara tegas dan eksplisit dinyatakan bahwa: "Pertemuan dinding dengan lantai disarankan melengkung(Hospital Plint), agar memudahkan  pembersihan dan tidak menjadi tempat sarang debu dan kotoran. 
 
Dari hal tersebut di atas, sekarang nyata bahwa Kementerian Kesehatan RI telah tegas menyatakan bahwa penggunaan Hospital Plint di Ruang  Rawat Inap Rumah Sakit adalah hal yang penting diperhatikan.

Friday, May 11, 2018

Mengenal HACCP (Hazard Analysis and Critical Control Points)

Mengenal HACCP (Hazard Analysis and Critical Control Points)

Menurut WHO, Analisis Bahaya dan Pengendalian Titik Kritis (Hazard Analysis and Critical Control Points, HACCP) didefinisikan sebagai suatu pendekatan ilmiah, rasional, dan sistematik untuk mengidentifikasi, menilai, dan mengendalikan bahaya.[1] Pada awalnya, prinsip HACCP dibuat untuk keamanan bahaya pangan, namun sistem ini akhirnya dapat diaplikasikan lebih luas dan mencakup industri lainnya.[2] Aplikasi HACCP, terutama yang diperuntukkan bagi pangan, dilaksanakan berdasarkan beberapa pedoman, yaitu prinsip umum kebersihan pangan Codex, Codex yang sesuai dengan kode praktik, dan undang-undang keamanan pangan yang sesuai.




Sistem HACCP terdiri dari tujuh prinsip, yaitu:
  1. Melakukan analisis bahaya: segala macam aspek pada mata rantai produksi pangan yang dapat menyebabkan masalah keamanan pangan harus dianalisis. Bahaya yang dapat ditimbulkan adalah keberadaan pencemar (kontaminan) biologis, kimiawi, atau fisik bahan pangan. Selain itu, bahaya lain mencakup pertumbuhan mikrorganisme atau perubahan kimiawi yang tidak dikehendaki selama proses produksi, dan terjadinya kontaminasi silang pada produk antara, produk jadi, atau lingkungan produksi.[3] 
  2. Menentukan Titik Pengendalian Kritis (Critical Control Point, CCP): suatu titik, tahap, atau prosedur dimana bahaya yang berhubungan dengan pangan dapat dicegah, dieliminasi, atau dikurangi hingga ke titik yang dapat diterima (diperbolehkan atau titik aman).[4] Terdapat dua titik pengendalian kritis yaitu Titik Pengendalian Kritis 1 sebagai titik dimana bahaya dapat dihilangkan, dan Titik Pengendalian Kritis 2 dimana bahaya dapat dikurangi.[3]
  3. Menentukan batas kritis: kriteria yang memisahkan sesuatu yang bisa diterima dengan yang tidak bisa diterima. Pada setiap titik pengendalian kritis, harus dibuat batas kritis dan kemudian dilakukan validasi. Kriteria yang umum digunakan dalam menentukan batas kritis HACCP pangan adalah suhu, pH, waktu, tingkat kelembaban, Aw, ketersediaan klorin, dan parameter fisik seperti tampilan visual dan tekstur.[2]
  4. Membuat suatu sistem pemantauan (monitoring) CCP: suatu sistem pemantauan (observasi) urutan, operasi, dan pengukuran selama terjadi aliran makanan. Hal ini termasuk sistem pelacakan operasi dan penentuan kontrol mana yang mengalami perubahan ketika terjadi penyimpangan. Biasanya, pemantauan harus menggunakan catatan tertulis.[4]
  5. Melakukan tindakan korektif apabila pemantauan mengindikasikan adanya CCP yang tidak berada di bawah kontrol. Tindakan korektif spesifik yang diberlakukan pada setiap CCP dalam sistem HACCP untuk menangani penyimpangan yang terjadi. Tindakan korektif tersebut harus mampu mengendalikan membawa CCP kembali dibawah kendali dan hal ini termasuk pembuangan produk yang mengalami penyimpangan secara tepat.[2]
  6. Menetapkan prosedur verifikasi untuk mengkonfirmasi bahwa sistem HACCP bekerja secara efektif. Prosedur verifikasi yang dilakukan dapat mencakup peninjauan terhadap sistem HACCP dan catatannya, peninjauan terhadap penyimpangan dan pengaturan produk, konfirmasi CCP yang berada dalam pengendalian, serta melakukan pemeriksaan (audit) metode, prosedur, dan uji. Setelah itu, prosedur verifikasi dilanjutkan dengan pengambilan sampel secara acak dan menganalisanya. Prosedur verifikasi diakhiri dengan validasi sistem untuk memastikan sistem sudah memenuhi semua persyaratan Codex dan memperbaharui sistem apabila terdapat perubahan di tahap proses atau bahan yang digunakan dalam proses produksi.[2]
  7. Melakukan dokumentasi terhadap seluruh prosedur dan catatan yang berhubungan dengan prinsip dan aplikasinya. Beberapa contoh catatan dan dokumentasi dalam sistem HACCP adalah analisis bahaya, penetapan CCP, penetapan batas kritis, aktivitas pemantauan CCP, serta penyimpangan dan tindakan korektif yang berhubungan.

Hubungan HACCP, Hospital Plint dan ISO 22000

Senin, 05 September 2016


Hubungan HACCP, Hospital Plint, dan ISO22000

Sebagaimana pembahasan kita sebelumnya bahwa WHO (World Health Organization) telah mendefinisikan  suatu pendekatan ilmiah, rasional, dan sistematik untuk mengidentifikasi, menilai, dan mengendalikan bahaya dalam Prinsip HACCP ( (Hazard Analysis and Critical Control Points).

Hospital Plint dalam kaitannya dengan HACCP, tidak dapat dipisahkan dengan Standar ISO 22000.
ISO 22000 bertindak sebagai standar yang dibentuk untuk membantu penekanan isu berkaitan dengan kesehatan pangan dengan HACCP, dalam hal ini Hospital Plint dapat dikaitkan dengan fungsinya sebagai radius plint ruang sepanjang proses rantai pangan; khususnya dalam hal ini titik kritis di ruang dapur sebagai ruang proses pangan dimasak dan siap utk disajikan.



 Walau beberapa perusahaan, khususnya perusahaan-perusahaan besar, telah mengimplementasikan atau dalam proses implementasi ISO 22000, adapula perusahaan yang ragu dalam menerapkan standar ini. Alasan utama adalah kurangnya informasi dan kekhawatiran bahwa standar baru ini menuntut pekerjaan birokratis.


Referensi

  1. ^ a b Risk Management Training Guides: Hazard Analysis and Critical Control Points (HACCP), Manufacturing Technology Committee – Risk Management Working Group.
  2. ^ a b c d e Hazard analysis and critical control point generic models for some traditional foods: A manual for the Eastern Mediterranean Region, World Health Organization. 2008. ISBN 978-92-9021-590-5
  3. ^ a b c Sudarmaji (Januari 2005). "ANALISIS BAHAYA DAN PENGENDALIAN TITIK KRITIS (HAZARD ANALYSIS CRITICAL CONTROL POINT )" (PDF). JURNAL KESEHATAN LINGKUNGAN 1 (2): 183–190.
  4. ^ a b Health Practices on Cruise Ships: Training for Employees Transcript: Hazard Analysis Critical Control Point, Centers for Disease Control and Prevention, National Center for Environmental Health: Vessel Sanitation Program.
  5. ^ Critical Reviews in Food Science and Nutrition, "A Comparative Presentation of Implementation of ISO 22000 Versus HACCP and FMEA in a Small Size Greek Factory Producing Smoked Trout: A Case Study" (PDF). Volume 49, 2009, pages 176 - 201